“Tiap Beli Kopi di StarB*cks kenapa namanya keliru terus ya?”
“Ini mau ada apa sih? Kok daritadi ada banner ijo-ijo?”
“Wah udah musim kampanye nih, kok ada baliho artis gede banget ?!”
Dari tiga pernyataan diatas itu menggambarkan efek gimmick marketing yang nyata, dan ternyata sudah sering dialami di dunia nyata. Mulai dari gimmick marketing melalui poster tulisan, baliho wajah public figure, sampai beberapa kebiasaan yang sebenarnya itu diperkenalkan oleh suatu brand.
Di era sekarang ini yang hampir setiap orang memiliki potensial menjadi seorang influencer yang memiliki pengaruh kepada pengikutnya, gimmick marketing semakin berkembang dengan banyaknya pengaruh market. Singkatnya saja di era saat ini, bukan lagi bisnis yang membuat brand nya semakin dikenal di kalangan luas. Tetapi istilah personal branding, juga semakin dinormalkan dan bahkan bisa dilakukan dengan mudah.
Jika diulas secara pengertiannya, gimmick marketing merupakan teknik pemasaran yang bertujuan menarik perhatian khalayak. Ada juga yang mengartikan gimmick marketing sebagai proses pemasaran yang memunculkan sensasi baik secara pro dan kontra kepada masyarakat luas.
Kata kunci dari gimmick marketing adalah tentang bagaimana sensasi nya bisa disetujui atau bahkan sangat diperdebatkan oleh masyarakat luas. Dampaknya harus condong kepada sangat pro atau sekaligus sangat kontra. Karena dalam beberapa kasus yang terjadi, justru gimmick marketing mampu berhasil jika mendapatkan perdebatan bahkan sampai dapat kritik.
Yang penting berhasil menarik perhatian dari masyarakat.
Nah untuk fungsinya sendiri, sebenarnya gimmick marketing sangat efektif untuk membuat suatu brand atau seseorang menjadi mudah dikenal dan menjadi familiar diantara market.
Fenomena yang paling terbaru terjadi, sewaktu era pandemi lalu ada perebutan diantara market yang menyebabkan produk sampai laris keras bahkan sampai habis terjual. Masih ingat dengan fenomena dari “susu beruang” yang efektif menjaga tubuh dari serangan virus COVID-19?
Fenomena ini ternyata bukan dari proses yang sebentar, “susu beruang” sudah memiliki proses advertising dengan menekankan bahwa mereka mampu menjadi tameng pada tubuh sehingga kondisi imun tubuh menjadi lebih kuat. Pertanyaannya, apakah mereka menampilkan sisi sains mengenai hal ini? Penjelasan secara mendetail?
Faktanya, Susu Beruang berhasil membuat asumsi masyarakat melalui proses advertising yang mereka lakukan melalui tagline dan copywriting yang mereka gunakan. Dengan cara ini para konsumen potensial dengan mudah mengenali dan bahkan memilih untuk mengonsumsi produk mereka.
Hanya dengan Asumsi.
Inilah sebenarnya kunci penting gimmick marketing yang wajib untuk dikuasai. Bagaimana menciptakan asumsi kepada khalayak luas dan menjadikan mereka langsung mengenali suatu brand. Kamu juga bisa tau dampaknya, kan?
Karena dampak yang cukup efektif untuk membuat meledaknya omzet ini, beberapa brand memutuskan untuk menggunakan cara yang sama untuk membuat asumsi kepada market tanpa berjualan secara langsung. Dan dari sinilah muncul istilah terbaru, yakni Gimmick S3 Marketing.
Contoh paling mudah dari Gimmick S3 Marketing adalah dengan melihat beberapan akun infotainment, terutama tentang bagaimana kehidupan artis berjalan. Ada yang sengaja membuat cerita untuk terjadi drama pertengkaran, atau bahkan membuat bagaimana keharmonisan itu terasa nyata.
Jadi jangan heran, kenapa hampir setiap jam ada saja gosip baru yang akan muncul.
3 Rumus Gimmick S3 Marketing
Ternyata ada 3 rumus ini yang membuat gimmick S3 Marketing dapat berhasil :
- Terlihat Autentik
Yang pertama tentu gimmick S3 Marketing harus terlihat sangat autentik alias terlihat sangat nyata. Seolah-olah memang asli terjadi, bukan rekayasa apalagi sekedar drama yang dibuat. Faktor keberhasilan gimmick marketing juga didominasi oleh bagaimana suatu cerita kejadian atau campaign proses begitu membuat market potensialnya mengeluarkan emosi tertentu. Semakin marah semakin bagus, semakin sedih semakin berhasil, semakin menyenangkan semakin efektif.
- Relate dengan Market Tertarget
Rumus yang kedua ini menentukan bagaimana nantinya gimmick S3 Marketing mampu diterima dan bahkan diolah oleh market potensial. Kuncinya gimmick dibuat semakin relate atau semakin memiliki koneksi kepada para market tertarget, jadi harus benar-benar tepat sasaran.
Nggak mungkin kan buat gimmick marketing yang sama untuk produk permen dengan kadar gula tinggi, tapi bukannya diarahkan kepada anak-anak justru malah digunakan untuk para lansia? Hasilnya pasti bisa diprediksi tidak akan maksimal.
- Ada Bukti secara “Nyata”
Ini adalah kunci final yang mampu membuat Gimmick S3 Marketing ditentukan bisa viral atau tidak. Faktor bukti secara nyata, bisa dengan khasiatnya memang benar terasa, bisa juga dengan rasa dari produk yang benar enak, atau bahkan ada bukti visual yang bisa dipertontonkan.
Semakin nyata, semakin banyak orang mempercayai, dan semakin luas khalayak yang penasaran untuk mengetahuinya. Efek dari manusia makhluk sosial, yang suka ikut-ikut dengan manusia lain agar tidak ketinggalan sesuatu.
Semakin kamu paham dengan konsep gimmick marketing, rasanya akan bisa mengetahui kenapa sebenarnya ada berbagai macam iklan yang ujungnya akan konversi ke rasa penasaran dari target marketnya. Ingat ya, gimmick marketing ada beberapa macam yang berbeda-beda caranya. Makanya disebut Gimmick S3 Marketing karena dianggap sudah sangat ahli untuk mampu membuat orang menjadi penasaran bahkan sampai benar terjadi transaksi.
Saat ini mulai banyak bermunculan konten video yang mempermudah proses gimmick ini dipublikasi dan dibagikan kepada masyarakat luas.
Setuju nggak kalo Tiktok merupakan generator Gimmick S3 Marketing paling efektif saat ini?
Nah, untuk kamu yang ingin mempelajari bagaimana membuat video yang ampuh masuk ke FYP, pola strategi pembuatan konten, sampai bongkar tips bisa mendapatkan penghasilan dari Tiktok. Kamu bisa langsung akses ke kelas “Tiktok Game Changer” bersama Septian Bramandita (bisnisbarengbram), di link ini yaa!
Sumber :
https://www.satuilmu.com/courses/detail/tiktok-game-changer
https://store.sirclo.com/blog/gimmick-marketing/
https://hbr.org/2020/05/is-your-marketing-strategy-based-on-the-right-data